Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang
Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa
Tiap bait lagu tersebut, menyimpan
makna yang teramat dalam. Tak ayal jika air mata ini menetes ketika, bibir ini
sedang melantunkannya. Nusantara kini sedang berduka, manusia telah bertingkah
selayaknya. Kabut asap, gempa, gunung meletus, kemerosotan moral dan masih
banyak lagi. Masalah selalu tajam menghantam Ibu Periwi, tabahkanlah hatimu Ibu
tunggu pemuda-pemuda ini tumbuh dan memimpinmu.
Dewasa ini seluruh orang adalah agent of change, bukan hanya pemerintah
dan mahasiswa. Dapat memulai dari tulisan seperti ini, banyak sastrawan yang
menggoreskan penanya melihat keadaan Indonesia saat ini. Membaca puisi indah
karangan Tere Liye, membuatku sadar kita telah terlena.
Pendidikan, tidak ada habisnya jika
topic ini dikupas dalam sekalipun. Permasalahaannya terlalu pelik. Kini
orang-orang yang sibuk mencari kedudukan dimata manusia. Pelajar tidak mengerti
arti pendidikan karater. Melihat permasalah dilingkungan sekita, sekolah, kelas
banyak sekali nilai-nilai luhur telah luntur. “Curang dalam ulangan” hal ini
sudah dianggap biasa, padahal jelas ini contoh merosotnya moral bangsa kita.
Banyak yang menghalalkan banyak cari
untuk mendapat nilai bagus, hanya ingin menjadi ranking kelas atau parallel. Tapi
apa yang mereka dapat? Hanya kertas yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, dan
pujian belaka. Hal ini menunjukaan banyak dari kita hanya mengejar urusan
duniawi saja, padahal kita sama-sama mengerti di dunia kita hanya sementara.
Padahal orang dulu dengan
kejujurannya menuntut ilmu, tak jarang aku mendengar kisa jerih payah mereka
mencari lentera hidup ini. Puluhan kilometer mereka tempu hanya ingin bertemu
sang Umar Bakri mencicipi ilmu darinya. Mereka tidak mencari nilai, mereka
tidak mencari ijazah, namun ilmu yang mereka dapatkan dapat kita rasakan
manfaatnya sampai seakarang.
Kita harus segera menanganni krisis
moral tersebut, karena cepat atau lambat, Indonesia berada ditanggan kita.
Tidak mengkun Indonesia berada ditanggan mereka yang tidak mengerti arti
kejujuran. Namun perlu diingan ditengah permasalahn besar ini masih ada
orang-orang yang menjunjung tinggi kejujuran.
Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu
Ibu kami tetap cinta
Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa
Akhir kata dari tulisan ini penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada keluarga penulis yang selalu member dukungan.
Lalu terimaksih juga untuk teman-teman penulis (Anisa Berliana, Wulan Istri,
Annisa’ Istiqomah, Fa’isah Erin dll) yang selalu mengingatkan tentang
kejujuran. Sepucuk puisi karangan penulis untuk Ibu Pertiwi.
IBU PERTIWI DAN PEMUDA NEGERI
Tercekik kabut pekat, apakah
ini hari terakhirku?
Tersapu gelombang tsunami,
benarkah ini hariku pergi?
Ibu Pertiwi penuh air mata
Hanya menangis tanpa bisa
berkata
Pandanglah hati manusia, kau akan melihat keredupan
Krisis moral menarik kedalam kegelapan
Terlalu kelam untuk dikatakan putih
Namun belum pantas dikatakan hitam
Lama Ibu merasakan kehausan
Mencari mata air penuh
kebebasan
Adikku? Sudah siapkah kau
memimpinku?
Membawaku hinga keluar
aumanku
Kau masih ingat Ibu?
Jangan kau terlena dengan massa kelabu
Ibu butuh kamu, menyatukan pulau beribu-ribu
Memimpikan Indonesia Satu
Jelas terdengar teriakan
negeri
Bagai mana tentang edukasi?
Masih adakah sosok sang Umar
Bakri?
Ibu ingin mendengar cerita
dari pemuda dan pemudi
Semua peristiwa akan menjadi history
Terangkum dalam kertas kusam berpena hitam
Sebagai pedoman anak cucu nanti
Agar mengerti hidup itu penuh arti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar